Selasa, 21 Agustus 2007

Minyak Telon cap Gajah

Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Obat - obatan

Nama Produk : Minyak Telon cap gajah

Nama Produsen : PT. USFI
Alamat :
-
Jalan : Jl. Kedung Cowek 343 – 345
- Propinsi : Jawa Timur
- Kabupaten : Surabaya

- Kode Pos : 60129
- Kecamatan : Kenjeran
- Telepon : 031-3715451

Nomor Daftar Legal : -
Nomor Merek Dagang : DBL 8726801141 A1

Ukuran :
- Panjang : 80 mm
- Lebar : 45 mm

Warna dominan : biru, merah, kuning

Teknik produksi : cetak offset

Material Kertas : Art Paper

Visual Yang Tampak : Seekor Gajah berwarna putih.


Penafsiran

Ekspresionisttik :


Tampilan desain dari kemasan produk ini disajikan dengan tampilan yang simple, dapat kita lhat dari pilihan warna serta jenis font yang sederhana. Objek utama pada desain kemasan ini adalah seekor gajah putih yang sedang menaikkan belalainya keatas kepalanya. Gajah adalah hewan yang besar dan dapat banyak membantu pekerjaan manusia ( transportasi, mengangkat benda - benda berat, dll ), oleh sebab itu dengan menggunakan gajah sebagai lambang dari produk ini, diharapkan nama dari produk ini akan berkembang menjadi besar seperti gajah itu sendiri. Selain itu lambang gajah pada desain kemasan produk ini juga digunakan untuk melambangkan bahwa produk ini mempunyai khasiat yang besar dalam menyembuhkan beberapa penyakit.
Warna merah pada desain kemasan produk ini dimaksudkan untuk melambangkan kehangatan. Dapat kita lihat juga adanya bentuk - bentuk dasar pada desain kemasan ini, salah satunya adalah lingkaran berwarna hijau yang dilapisi oleh outline berwarna hitam, yang berfungsi untuk menandakan bahwa produk ini termasuk dalam kategori "Obat Bebas (OTC (Over The Counter))", yang mana dapat kita gunakan pada saat ada kebutuhan untuk melakukan pengobatan sendiri tanpa resep dokter.

Instrumentalistik :

Pada jaman sekarang sudah banyak masyarakat yang mengenal dan mengkonsumsi minyak telon. Minyak telon adalah campuran dari minyak adas, minyak serai, dan minyak kayu putih. Minyak telon ini banyak disukai oleh konsumen karena selain aromanya yang menenangkan, minyak telon ini juga memberikan rasa hangat karena merangsang pembuluh darah membesar sehingga aliran darah menjadi lebih cepat. Biasanya produk ini digunakan kepada bayi karena minyak talon dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi penggunanya. Produk ini ditujukan bagi semua kalangan.








Teh Naga Super


Jenis rancangan : kemasan

Jenis Produk : pangan

Nama Produk : Teh Naga Super

Nama Produsen : Perusahaan Teh Naga

Nomor Daftar Legal : M.D. 9864001
Lembaga berwenang : DEP. KES.R.I.
Nomor Merek Dagang : 268861
Ukuran :
-panjang : 113 mm
-Lebar : 103 mm
Warna dominan : kuning, merah, hijau, biru
Teknik produksi : Cetak Offset
Material : Kertas
Visual Yang Tampak : Seekor Naga, ornamen bintang, kebun, pepohonan.
Konteks

Budaya yang mempengaruhi : Budaya Cina.

Penafsiran

Ekspresionistik :

Desain dari kemasan produk ini tekesan kuno dan mendapat pengaruh dari budaya TiongHoa. Objek utama dalam visualisasi pada produk ini adalah sosok seekor naga berwarna kuning, sesuai dengan brand dari kemasan ini sendiri, yaitu : “ Teh Naga Super ”. Warna dominan pada desain kemasan ini adalah warna kuning, hijau dan merah.
Warna merah pada budaya Cina melambangkan kemurnian, kemakmuran serta mendatangkan keberutungan. Produk ini ingin memberitahukan kepada kosumen bahwa produk ini disajikan dengan mengandalkan kemurnian dari daun teh pilihan. Warna kuning dalam budaya Cina melambangkan pusat bumi, dan juga melambangkan kemakmuran. Oleh sebab itu visualisasi tanah pada desain kemasan ini disajikan dengan menggunakan warna kuning. Dan background pada kemasan ini ditampilkan dengan gambaran pemandangan lahan luas yang dipenuhi dengan tumbuhan berwarna hijau yang mana dalam budaya Cina warna hijau mlambangkan kesuburan. Dan terdapat juga pepohonan yang berbuah. Yang menandakan bahwa daun teh dari produk ini merupakan produk teh yang menggunakan daun teh pilihan yang dipetik dari tanah yang subur. Pada desain kemasan ini juga terdapat simbol bintang berwarna merah, simbol bintang disini digunakan untuk melambangkan bahwa produk teh Naga Super ini adalah produk yang berkualitas.

Instrumentalistik :

Produk teh telah lama dikonsumsi oleh setiap kalangan masyarakat sejak dahulu. Teh juga dipercaya dapat memberikan ketenangan bagi para konsumennya, selain itu teh juga dipercaya memiliki banyak khasiat yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia dan dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Pada jaman sekarang ini teh sudah menjadi teman akrab bagi masyarakat untuk melepaskan dahaga dalam menemani menu makanan mereka.

Warna Textile cap "NILON"


Jenis Rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Pewarna textile

Nama produk : Pewarna textile cap NILON

Warna : Kuning terang dengan paduan warna di pinggirnya (sesuai dengan warna yang dihasilkan dari pewarna textile tersebut)

Teknik produksi : Cetak offset

Material : Kertas art paper

Lebar/panjang : 5,8cm x 8cm

Visual yang tampak : Gambar 2 dimensi sebuah pakaian (kaus berkerah) berwarna merah

Penafsiran

Ekspresionistik : Terlihat sangat sederhana dan minimalis dengan hanya terdapat gambar sebuah kaus berkerah berwarna merah yang digambar sangat sederhana dan warnanya menentukan warna isi dari pewarna pakaian tersebut. Visual berupa kaus berkerah atau polo shirt sangat mewakili kalau pewarna ini bukan untuk makanan melainkan untuk pakaian, dan kata nilon yang adalah sebuah bahan pakaian yang sudah lama di temukan dan banyak di pakai sehingga sudah dikenal banyak orang. Nilon juga bahan pakaian yang berasal dari eropa maka pada kemasan tidak di temukan unsur budaya dari cina melainkan dari eropa yang berupa gambar polo shirt, dapat dilihat juga dari bentuk font yang digunakan untuk tulisan nilon yang melengkung pada bagian tengah sehingga terlihat moderen dan unsur budaya eropanya.

Instrumentalistik : Tulisan "NILON" yang menjadi merek dari produk ini memberikan kesan kuat kalau produk pewarna ini di tujukan hanya untuk pakaian dan bukan untuk makanan. Dikarnakan nilon adalah sebuah bahan yang banyak digunakan untuk pakaian. Pewarna pakaian banyak digunakan pada jaman dulu karena dulu bahan pakaian itu langka dan mahal, maka pewarna pakaian cukup diminati apalagi hasil yang di timbulkan tidak kalah baik dari pakaian yang sudah berwarna jadi dan pilihan warnanya banyak ragamnya.

Manis Djanoko


Jenis rancangan : Kemasan
Jenis Produk : Kertas linting rokok

Nama Produk : MANIS DJANOKO

Lebar/Panjang : 7 cm x 12 cm

Warna : Putih kertas dan merah, sedikit warna kuning dan hitam

Teknik produksi : Cetak saring(sablon)

Jenis material : Kertas karton

Visual : Sebuah wayang kulit dan lambang padi

Ekspresionistik : Terlihat sangat sederhana dari penggunaan warna yang minim hanya merah dan putih yang dominan melambangkan produk lokal dan hanya bergambar wayang kulit yang melambangkan ciri tradisionalnya. Kata djanoko yang diambil dari nama kesatria dalam tokoh perwayangan dengan kata lainnya janaka. Maka gambar wayang yang di tampilkan sangat sesuai, dimaksudkan agar orang yang memakai atau menghisap rokok ini percaya diri seperti tokoh janoko dan kata manis agar mengkesankan rokok ini enak dan rasanya manis.
Warna merah dan putih yang mewakili bendera Indonesia juga dimaksudkan karena untuk menonjolkan bahwa kertas rokok ini produk lokal.

Instrumentalistik : Dilihat dari desain kemasan, warna, dan gambarnya dapat disimpulkan bahwa produk ini murah dan di pasarkan di daerah-daerah atau kota-kota kecil. Pada daerah-daerah atau kota-kota kecil perekonomian masyarakatnya umumnya menengah kebawah sehingga para perokok lebih memilih merokok dengan membeli kertasnya secara terpisah dikerenakan lebih murah, karena itu kertas rokok ini juga di desain mengikuti kelas konsumennya.

URAT AYAM GARING CAP “JAGO”


Jenis rancangan : Kemasan


Jenis Produk : Pangan


Nama Produk : URAT AYAM GARING CAP “JAGO”


Lebar/Panjang : 4,1 cm x 9,8 cm


Warna : Putih kertas dan biru


Teknik produksi : Cetak saring(sablon)


Jenis material : Kertas karton


Visual : Seekor ayam jago tampak samping


Ekspresionistik : Desain kemasan dibuat sangat sederhana dan seperlunya hanya terdapat gambar seekor ayam jago karena produk ini diberi nama cap ayam jago. Ayam jago digambarkan sebagai simbol keberanian, kejantanan, dan kejagoan. Desain kemasan ini tidak menggunakan banyak warna. Hanya menggunakan tinta biru dan warna putih kertas untuk menghemat biaya produksi.


Instrumentalistik : Dilihat dari desain kemasan yang sederhana dan sehemat mungkin dapat disimpulkan bahwa produk ini memiliki harga yang terjangkau.



Referensi : http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=12719

JAMU NGERES LINU


Jenis rancangan : Kemasan


Jenis Produk : Pangan


Nama Produk : Jamu Ngeres Linu


Nama pemilik produk : PT. Nyonya Meneer


Nama Produsen : PT. Nyonya Meneer


Alamat produk : Jl. Raden Patah 191-199 Semarang 50126 Indonesia


Telepon : (024) – 6582529


E.mail : nymeneer@nyonyameneer.com


Situs : www.nyonyameneer.com


Tahun pertama kali produksi secara resmi : 1952


Nomor daftar legal : 104165


Lembaga berwenang : DEPKES RI


Nomor hak paten : 771215181


Nomor kode produksi : 1D30970


Lebar/Panjang/Tebal Kemasan : 6,5 cm / 10 cm / 2 mm


Berat bersih : 7gram/bk


Warna : Putih, oranye, coklat, hitam dan biru


Jenis huruf : Sans serif


Teknik Produksi : Cetak Offset


Material : Kertas Art Paper


Budaya : Jawa, Terlihat dari jenis ornamen dan potret diri Nyonya Meneer.


Ekspresionistik : Desain kemasan ini dibuat sangat sederhana dan

terlihat kuno karena desain kemasan ini tidak diperbaharui dengan

sengaja untuk mengenang keaslian kemasan produk. Sehingga produk ini

memiliki ciri khas yang sangat kental dan terasa budaya tradisionalnya

yang dapat dilihat dari ornamen dan potret diri Nyonya Meneer yang

menggunakan kebaya dengan rambut disanggul.

Instrumentalistiknya : Hampir di setiap kemasan produk Nyonya Meneer selalu

Terdapat potret diri sang Nyonya hal ini dikarenakan sejarah asal mula

diciptakannya jamu oleh Nyonya yang menggunakan potret dirinya dan hal ini

terus berlanjut hingga sekarang.



Sejarah Jamu Nyonya Meneer

Keterbatasan dan keprihatinan masa pendudukan Belanda di awal 1900-an tidak menjadikannya putus asa di saat sang suami jatuh sakit. Berbekal sedikit pengetahuan, Nyonya Meneer meracik aneka tumbuhan dan rempah untuk diminum suaminya. Ternyata ramuan itu mujarab, padahal berbagai pengobatan tidak mampu memulihkan kondisi sang suami tercinta.

Para kerabat dekat di Semarang segera mencium 'dingin'nya tangan Nyonya Meneer mengolah jamu. Nyonya Meneer yang ringan tangan dan sangat peduli pada orang-orang di sekitarnya dengan senang hati meracik untuk mereka yang demam, sakit kepala, masuk angin dan terserang berbagai penyakit ringan lainnya. Sebagian besar yang mencobanya puas.

Semakin banyak yang merasakan khasiat jamu racikan Nyonya Meneer, semakin banyak pula permintaan padanya untuk mengantarkan sendiri jamu yang belakangan mulai dikemasnya itu. Kesibukan Nyonya Meneer di dapur tidak memungkinkan untuk memenuhi perintaan itu. Dengan berat hati dia minta maaf, dan sebagai ganti dia mencantumkan fotonya pada kemasan jamu buatannya. Tak ada yang keberatan, tak ada pula yang menduga bahwa di kemudian hari, jamu dengan potret seorang wanita ini melegenda.

Berbekal perabotan dapur biasa, usaha keluarga ini terus memperluas penjualan ke kota-kota sekitar. Bahkan, pada tahun 1919, Nyonya Meneer berhasil mewujudkan impiannya, mendirikan perusahaan "Jamu Jawa Asli Cap Portret Nyonya Meneer di Semarang". Untuk mempermudah pelanggan Nyonya Meneer juga membuka toko di Jalan Pedamaran 92, Semarang. Perusahaan terus berkembang dengan bantuan anak-anaknya yang mulai besar. Seorang putrinya, Nonnie hijrah ke Jakarta pada tahun 1940. Dialah yang merintis dibukanya toko Nyonya Meneer, di Jalan Juanda, Pasar Baru. Jamu yang tadinya muncul dari keterbatasan dan keprihatinan ini pun masuk ke ibukota dan meluas ke seluruh penjuru negeri.

Referensi : http://www.nyonyameneer.com/indonesia/profil-sejarah.php

Senin, 20 Agustus 2007

KERTAS ROKOK SELAWE


Kemasan produk jenis kertas rokok

ukuran : 12.5cm x 8cm

Warna : hijau , merah

Material : kertas

Teknik produksi : cetak saring(sablon)

Visual yang tampak : angka 25 yang ada di tengah gambar padi berbentuk lingkaran. background bermotif batik

Konteks : karena cap selawe maka gambar yang terlihat adalah angka 25 karena selawe dalam bahasa jawa artinya adalah 25.
Gambar padi merupakan lambang dari kemakmuran.

Budaya yang mempengaruhi adalah budaya Jawa. Tidak ada pengaruh unsur budaya Tionghoa dalam kemasan kertas rokok ini.

Motif batik yang tampak mirip dengan batik motif parang dari Jogjakarta. Ciri khas motif parang adalah terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang membentuk garis-garis sejajar dengan sudut miring 45 derajat.


Ekspresionistik : Desain kemasannya sangat tradisional terkesan kuno dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sekarang ini. Warna yang digunakan sangat minim hanya 2 warna (merah , hijau , dan warna asli kertas yaitu putih). Mungkin hal ini dikarenakan usaha menghemat biaya cetak kemasan supaya harganya tidak mahal.

Instrumentalistiknya : Kertas rokok sudah merupakan kebiasaan para pria sekitar tahun 1870-1880. Namun sekarang ini kebiasaan itu sudah jarang,kecuali di daerah pedesaan. Seiring dengan perkembangan zaman kebanyakan orang lebih memilih rokok yang praktis daripada harus repot-repot melintingnya terlebih dahulu

Rokok kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal usul yang akurat tentang rokok kretek. menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, mulanya Haji Djamari pada tahun 1870-1880-an merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Sakitnya reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya. Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini menyebar cepat. Permintaan "rokok obat" ini pun mengalir. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "kemeretek", maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan "rokok kretek".


Sumber : www.wikipedia.com

RAPET WANGI



Dep Kes RI No TR 893243031


Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Pangan

Nama Produk : Rapet Wangi

Nama Produsen : Perusahaan Jamu Tradisional Gunung Muria

Kota/ Kabupaten : Solo

No. Merk Dagang : 256625

Lebar/Panjang/Tebal Kemasan: 6,6 cm / 7,4 cm / 0 cm

Warna : 3 warna ( merah, hitam, abu-abu)

Teknik Produksi : Cetak Offset

Material : Kertas Art Paper

Visual : Gambar tangan yang memegang hati berwarna merah yang melambangkan cinta yang

tetap hangat dan nafsu

Budaya : Tionghoa (terlihat dari pemakaian warna merah, dan hati yang melambangkan pasangan)

Kegunaan :

  • Mencegah keputihan
  • Menghilangkan lendir
  • Membuat istri awet muda
  • Membuat rumah tangga tetap harmonis

Ekspresionistik :
Desain kemasannya sangat sederhana dan menggunakan warna yang minimalis karena disesuaikan dengan budget harga yang dapat dijangkau kalangan menengah.

Instrumentalistik :
Jamu rapet wangi biasanya dipakai oleh kaum wanita yang ingin mempertahankan daya tariknya dalam hubungan seksual. Biasanya produk ini ditargetkan untuk kalangan menengah ke bawah.


Akhir-akhir ini bisnis perawatan organ intim perempuan marak tersedia, terutama di kota-kota besar. Perawatan khusus atau praktik-praktik yang dilakukan untuk vagina, baik itu perawatan yang dikatakan traditional ataupun modern dengan teknik-teknik mutakhir kedokteraan, tiba-tiba sangat marak tersedia di tempat praktik-praktik traditional, salon-salon kecantikan, spa, bahkan klinik-klinik praktek dokter spesialis.

Perawatan atau praktik-praktik organ intim perempuan disebut dengan terminologi praktik-praktik vagina (vaginal practices). Praktik-praktik vagina di Indonesia dapat didefinisikan sebagai segala macam bentuk usaha yang dilakukan oleh perempuan dalam upaya untuk membuat vagina mereka menjadi peret, sempit, kering, dan tidak becek.



Referensi : http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=feature%7C-22%7CX

KECAP MANIS CAP GENTONG


DEP.KES
.RI.NO.DP.68/12.01/1989

Label kemasan jenis produk pangan.

Produsen : Yogyakarta

ukuran : 13.5cm x 5.4cm

Warna : merah , hijau , kuning , putih (4warna)

Teknik produksi : cetak offset.

Material : 1 jenis (kertas art paper)

Visual yang tampak : Gambar gentong yang didalamnya ada hiasan naga , awan
Warna yang dominan adalah merah karena merah dalam budaya tionghoa melambangkan keberuntungan , hijau melambangkan kesuburan , kuning melambangkan kemakmuran , keagungan.

Konteks : ada gambar gentong karena merknya cap gentong

Budaya yang mempengaruhi adalah budaya tionghoa terlihat dari gambar gentong yang tampak dihiasi gambar naga dan awan .
Naga dalam budaya tionghoa melambangkan keadilan ,kedamaian, kekuatan ,kehebatan , keberanian. Naga dalam budaya tionghoa juga dianggap sebagai pembawa kemakmuran , keberuntungan. Bahkan banyak orang keturunan Tionghoa yang menganggap dirinya adalah keturunan naga (lung tik chu ren)

ekspresionistik : Desainnya terlihat kuno dengan gambar yang dikerjakan dengan kurang serius. Ukuran gambar naga di dalam gentongnya terlalu kecil sehingga tidak terlihat jelas gambar apa itu sebenarnya. Warnanya yang merah cukup mencolok dengan tulisan Gen Tong dan gambar gentong berwarna kuning .

instrumentalistik : Gambar gentong yang berhias gambar naga merupakan perngaruh budaya tionghoa yang mungkin diharapkan dapat membawa kemakmuran bagi pemilik perusahaan kecap tersebut. karena naga merupakan lambang keberuntungan dan kemakmuran.

Naga timur adalah naga yang cantik , bersahabat dan bijak berbeda dengan naga dalam bangsa Eropa. Di Cina naga tidak dibenci tapi dicintai dan dipuja. Kuil dan tmpt keramat juga menghormati naga untuk mengontrol hujan, sungai, danau dan lautan. Banyak pagoda cina yang digunakan org untuk membakar dupa dan berdoa pada naga.
Banyak raja di Negara2 asia mengklaim dirinya sebagai keturunan naga( co : kaisar hirohito dr jpang) .Hal ini membuat mereka sangat bangga dan semua yang digunakannya dihiasi ornamen berbentuk naga contohnya mahkota naga, ranjang naga, perahu naga. Memanggil raja dengan sebutan muka naga juga merupakan pujian. Tahun naga yg datang 12 tahun sekali disebut tahun keberuntungan. Jaman dulu astrologi tionghoa mengklaim bahwa anak yang lahir di tahun naga akan sehat, makmur, berumur panjang. Naga dipercaya membawa esensi kehidupan yang biasa disebut sheng chi. Naga menghasilkan kehidupan dan memberikan kekuatannya dalam bentuk musim , membawa air dalam bentuk hujan, kehangatan dari matahari, angin dari lautan, dan tanah dari bumi. Naga merepresentasikan kekuatan sesungguhnya dari alam. 9 karakter utama dr naga timur adalah kepala mirip onta , tanduk seperti rusa , mata seperti kelinci , telinga seperti banteng, leher seperti iguana, dan perut seperti kodok , sisik seperti ikan guram , cakar seperti harimau, dan cakar seperti elang, dengan gigi taring di rahang atas .

sumber : http://www.crystalinks.com/chinadragons.html

TEH GOPEK


Dep. Kes. RI. md 341211007026


Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Pangan

Nama Produk : Teh Gopek

Nama Pemilik Produk : Kwee Pek Tjoe

Nama Produsen : FA. Limas Jaya ( sekarang diubah status firma menjadi perseroan terbatas, PT Gopek Cipta Utama )

Alamat : Jl. Kapten Piere Tendean NO. 5 Slawi 52415
Kota/ Kabupaten : Slawi
Kode Pos : 52415

Telepon : (0283) 491435
Fax : (0283) 491577
Email : gopek@indo.net.id

Situs : http://www.tehgopek.com/

Tahun Pertama Produksi : 1942

No. Merk Dagang : 112068

Lebar/Panjang/Tebal Kemasan: 5,8 cm / 7,4 cm / 0 cm

Warna : 2 warna ( merah dan hijau)

Teknik Produksi : Cetak saring

Material : Kertas

Visual : Secangkir teh hangat

Tipe Huruf : San Serif

Budaya :

Tionghoa, terlihat dari pemakaian warna merah pada latar belakang, namun dipengaruhi budaya Eropa, hal tersebut dapat dilihat pada pemakaian gambar cangkir, bukan poci.


Ekspresionistik :

Desain kemasan dibuat sederhana dengan gambar secangkir teh yang diberi kesan hangat dengan garis-garis di atas cangkir teh tersebut. Kemasannya pun tidak menggunakan banyak warna karena menggunakan teknik cetak saring.

Instrumentalistik :

Dilihat dari desain kemasan yang sederhana maka dapat diketahui bahwa harga produk ini terjangkau.



SEJARAH TEH GOPEK

Perusahaan Teh Gopek didirikan di Slawi sekitar tahun 1942, bersamaan dengan jaman penjajahan Jepang di Indonesia. Pada awalnya, perusahaan Teh Gopek dimulai sebagai Home Industry dengan peralatan sederhana. Teh Gopek merupakan salah satu teh legendaris yang mempunyai cita rasa khas.

Nama Gopek mengambil makna dari pucuk daun teh yang bagus, yaitu Golden Orange Pekoe. Selain itu, nama Gopek juga berasal dari nama tengah 5 pemuda keluarga Kwee, yaitu Kwee PEK Tjoe, Kwee PEK Hoey, Kwee PEK Lioe, Kwee PEK Lo alias Tjokro Hadisusilo, dan Kwee PEK Yauw alias Tedjo Sukmono.

Alih-alih seperti pria kaya seusianya yang lebih banyak menghabiskan masa tua di vila dengan istri tercinta, sesekali bersama cucu-cucu, Kwee Pek Yauw lebih memilih duduk mengawasi pabrik keluarga yang dibangun bersama keempat kakaknya sekitar 70 tahun silam. Sekilas ia terlihat masih gagah. Namun ternyata, Yauw tak dapat lagi berinteraksi dengan orang lain terlalu lama. Maklum, penyakit jantung dan penyakit tua lainnya kian menggelayut di tubuh bungsu keluarga Pek ini, yang membuatnya tak boleh berbicara terlalu lama. "Senyum dong Bah ..," celoteh para wanita setengah baya dari balik jendela pabrik, meledek Babah Yauw yang tengah difoto fotografer SWA Hendra Syaukani..

Gopek lahir berkat gagasan Kwee Pek Tjoe. Awalnya, si sulung bekerja sebagai staf administrasi di perusahaan perkebunan teh di Slawi. Ia banyak belajar tentang bisnis teh poci dari mantan bosnya. Bekal ilmu yang diperoleh kemudian diimplementasi Tjoe dengan mengajak keempat adiknya membangun bisnis teh. Sayang, di tengah jalan Hoey memisahkan diri dari Gopek.

Perpecahan itu terjadi ketika Hoey menikah lagi -- setelah istri pertamanya meninggal dan istri barunya tidak mau merawat anak Hoey yang masih bayi, bernama Hantoro Ekadjaja. Akhirnya, bayi itu diasuh dan diangkat anak oleh Tjoe. Buntut perpecahan keluarga ini, istri baru Hoey mengajak mendirikan Perusahaan Teh 2 Tang, yang belakangan produknya lebih populer ketimbang Gopek.

Ketika Gopek harus diserahkan ke generasi kedua, Tjoe menunjuk Hantoro sebagai penerus bisnis keluarga, dan menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 51%. Sementara itu, anak kandung Tjoe: Handoyo Ekadjaja, hanya memegang 18%, dan selebihnya milik Lo dan Yauw.

Fenomena bisnis keluarga yang tak lepas dari sisi negatif, antara lain, kecemburuan satu sama lain dalam tubuh Gopek. Yang satu beli rumah mewah yang lain kepincut. Akhirnya, uang yang semestinya bisa untuk modal usaha atau berekspansi terbuang percuma. Selain itu, keputusan yang menyangkut bisnis perusahaan tidak bisa dilakukan secara cepat, lantaran harus mempertimbangkan pendapat anggota keluarga lainnya yang juga pemegang saham.

Boleh dibilang, di masa generasi kedua (1940-1998) Gopek sangat ketinggalan dibanding pesaingnya, seperti Sosro dan 2 Tang, alias jalan di tempat. Baru setelah Hantoro lengser pada 1998 dan menunjuk putra tunggalnya, Soediono, sebagai pewaris Gopek -- Presdir sekaligus pemegang 51% saham geliat Gopek mulai terlihat.

Di tangan Soediono babak baru Gopek dimulai. Generasi ketiga lulusan pascasarjana bidang keuangan dari Australia itu mulai mengoprek Gopek. Tahap awal, pihaknya membenahi mekanisme distribusi. Gopek yang sebelumnya mengandalkan agen yang tersebar di Pulau Jawa, terhitung sejak 1999 mendirikan perwakilan di beberapa kota.

Sedikitnya satu perwakilan berhasil dibangun setiap tahun sejak 1999. Kelima perwakilan itu terdapat di Surabaya, Semarang, Purwokerto, Slawi dan Jakarta. Kota yang menjadi prioritas pendirian perwakilan Gopek, di mana Gopek pernah eksis, tapi penjualannya cenderung turun. Soediono pun membuat tim spreading perluasan area. Trimo mengakui, strategi seperti ini tak jauh berbeda dari perusahaan teh besar seperti Sosro. Bedanya, Sosro mampu membuat perusahaan distribusi sendiri, sedangkan di Gopek baru divisi.

Selain distribusi, status perusahaan dari firma di ubah menjadi perseroan terbatas, yakni PT Gopek Cipta Utama. Perubahan status usaha ini diiringi ekspansi pabrik. Yauw mengungkapkan, pabrik teh Gopek pertama ia beli pada 1965, tak jauh dari terminal Slawi. Kemudian, Soediono membeli bangunan pabrik persis di depan pabrik pertama, sehingga pabrik tadi memiliki 10 mesin pemanggang. Tahun 2001, kembali ia membangun tiga pabrik, yang masing-masing bangunan luasnya sekitar 1.000 m2. Dengan 10 mesin pemanggang, Gopek dapat memproduksi sekitar 200 karung teh (satu karung isi 30 kg) setiap hari, melibatkan sekitar 500 karyawan -- buruh dan staf kantor.

Sampai sekarang Gopek mengandalkan proses produksi yang masih alami. Dari awal teh hijau Gopek dicampur dengan bunga melati dan gambir. Melati disuplai langsung dari Purwokerto, sementara gambir diperoleh dari daerah sekitar. Untuk teh hijau, pasokan lebih banyak dari Sukabumi, Jawa Barat. Belakangan, tak sedikit perusahaan yang menggunakan essense (zat pewangi). Cara membuktikan teh yang menggunakan essense dengan yang alami, cukup mudah. Cukup melihat kondisi seduhan teh setelah beberapa jam. Yang menggunakan essense akan terlihat langit-langit di permukaan seduhan teh tadi.

Di generasi ketiga ini Gopek mulai berinovasi produk dengan menggunakan strategi ekstensi merek. Yang membedakan dari masing-masing item produk adalah logo atau gambar pada kemasan, misalnya ada teh Gopek bergambar cangkir. Awalnya ada keinginan dari manajemen Gopek membuat produk dengan merek teh Cangkir. Sayang, merek ini telah dipatenkan oleh industri rumahan di Pekalongan. Kelemahannya pada pendiri terdulu, tak terlalu memahami hak paten. Akhirnya, ketika ada yang mematenkan, tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Gopek merupakan pelopor teh kering. Sayangnya, problem internal membuat perusahaan ini tak berkembang cepat. Di pihak lain, 2 Tang mampu berlari kencang. Tak heran, 2 Tang lebih populer dan penetrasi pasarnya lebih kuat ketimbang Gopek. Teh kering Sosro dan 2 Tang kini menguasai pasar dengan pangsa masing-masing 30%, sedangkan Gopek sekitar 25%. Sisanya, diperebutkan Tong Dji dan merek-merek lain. Untuk memantapkan posisi produknya di pasar, sejumlah rencana jangka panjang pun digelar Soediono bersama tim. Ia akan membuat terobosan baru, antara lain, rasa lebih bagus, kemasan lebih baik, ekspansi produk, perluasan wilayah pemasaran dan lainnya.

Tangan dingin Soediono membuahkan hasil. Sejak 1999 perusahaan ini menuai penjualan lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di tangan generasi pertama dan kedua, pertumbuhan penjualan Gopek cuma berkisar 1%-2%, sedangkan di tangan Soediono bisa mencapai 20%. "Maklum, dulu pemiliknya tak berani mengalokasikan dana promosi, tak berani membuka perwakilan apalagi mengintervensi pasar," tutur Trimo yang bergabung dengan Gopek sejak 1999.

Untuk berekspansi pasar, selain membentuk tim spreading, Gopek kini mulai berani membuat inovasi produk dengan sistem testimonial. Artinya, produk baru dilempar dulu ke pasar. Bila minat orang mengonsumsi produk ternyata tinggi, barulah secara serius dipasarkan dengan dukungan promosi yang gencar.

Tak mudah bagi Gopek melancarkan serangan lebih gencar. Pasalnya, perusahaan ini harus berhadapan dengan pesaing tangguh yang punya sejumlah cara menghadang pasar. Tak sedikit produsen teh besar yang melakukan trik sangat kasar, seperti memborong teh yang mereka anggap sebagai pesaing -- termasuk Gopek -- dan menimbunnya. Bahkan gimmick hadiah ke pedagang, misalnya gelas, tak sedikit yang diborong, dikumpulkan lalu dihancurkan. Pertarungan sengit di lini distribusi bagi pemain di bisnis produk konsumsi memang kerap tak terhindarkan. Kita tunggu saja, seperti apa kelanjutan kebangkitan teh Gopek.


Referensi : http://www.tehgopek.com/